Minggu, 15 Januari 2012

PENYAKIT ANTRAKNOSA DAN BERCAK DAUN(Curvularia) PADA BIBIT COSTARICA di PEMBIBITAN KELAPA SAWIT TANAH GAMBUT

LATAR BELAKANG






            Pembibitan kelapa sawit Costarica di PT. Guntung Idaman Nusa, BSP – Unit, merupakan pembibitan kelapa sawit Costarica pertama yang dilakukan di PT. Bakrie Sumatra Plantation, tbk di areal gambut menggunakan media penanaman tanah gambut. Bibit tersebut akan dijadikan sebagai bahan tanaman untuk penyisipan dari tanaman kelapa sawit Scofindo (penanaman sebelumnya) pada areal penanaman di PT. Guntung Idaman Nusa, BSP – Unit. Riau yang memiliki luasan ± 12.200 ha dari 4 (empat) Estate dan 21 (dua puluh satu) Divisi.

Kedepannya juga, dari hasil penyisipan tersebut akan menjadi acuan untuk perbandingan produksi antara tanaman kelapa sawit sebelumnya (Scofindo) dengan kelapa sawit hasil sisipan (Costarica) yang ditanam di areal gambut (wet land).

PT. Guntung Idaman Nusa, BSP – Unit. Riau berada pada 1 ̊ 37  ́ 43,32  ˝ Lintang Utara dan  101 ̊ 34  ́ 14,17  ˝ Bujur Timur. Guntung, Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau – Indonesia.

Gbr. 1. Peta Kec. Guntung – Inhil, Riau



Gbr 2. Diagram arsir kegiatan Nursery (Oktober 2008 – Maret 2009)



            Kegiatan pembibitan kelapa sawit Costarica pada tanah gambut di PT. Guntung Idamannusa, BSP Unit – Riau, mulai dari persiapan pembibitan pendahuluan hingga kepenanaman di lapangan direncanakan dalam kurun waktu oktober 2008 hingga maret 2009.

Gbr 3. Data kecambah Nursery Periode GIN I dan GIN II



Gbr 4. Data afkir Pre Nursery



Gbr 5. Metoda pemindahan bibit dari Pre Nursery ke Main Nursery



            Metoda pemindahan /transplanting bibit dari Pre Nursery ke Main Nursery yang telah dilakukan pada pembibitan kelapa sawit Costarica pada tanah gambut di PT. Guntung Idamannusa, BSP Unit – Riau seperti terlihat pada gambar 5 (lima) diatas, dimulai dari sisi pangkal blok yang ada di Main Nursery.

Gbr 6. Peta Main Nursery



            Pada gambar 6 (enam) diatas, terlihat blok yang ada pada Main Nursery di pembibitan kelapa sawit Costarica pada tanah gambut PT. Guntung Idamannusa, BSP Unit – Riau adalah sebanyak 24 blok dengan luas tiap blok antara 0,6 - 0,9 ha dan luas keseluruhan ± 21,26 ha. Khusus untuk blok A 1 dari 0,96 ha luasannya hanya ± 65 % saja yang digunakan sebagai Main Nursery sedangkan ± 35 % dari luasannya digunakan untuk Pre Nursery dan sengaja untuk tidak ditanami untuk menghindari penularan penyakit bilamana terdapat penyakit yang masih tertinggal dari bekas Pre Nursery tersebut ke Main Nursery.

Gbr 7. Data Populasi bibit di Main Nursery (Pra seleksi di Main Nursery)



Gbr  8. Rekomendasi pemupukan di Pre Nursery



Gbr 9. Rekomendasi pemupukan di Main Nursery



Gbr 10. Peta Instalasi penyiraman Sumisansui



            Sistem penyiraman yang digunakan pada pembibitan kelapa sawit Costarica pada tanah gambut di PT. Guntung Idamannusa, BSP Unit – Riau ialah dengan menggunakan instalasi penyiraman Sumisansui, dimana air yang dihisap dari sumber air oleh mesin WP (Water Pump) di siramkan melalui lubang – lubang halus yang ada pada sepanjang sisi atas selang Sumisansui (± 150).

1.        Risalah (Bussines Case)


Terdapat serangan jamur yang diidentifikasikan secara visual (tanpa melakukan pengamatan lanjut secara laboratorium) berupa penyakit Antraknosa dan Bercak daun (Curvularia) pada saat bibit berada di Pre Nursery hingga terbawa ke Main Nursery. Penyakit tersebut menyerang helai daun dengan gejala awal penyakit antraknosa berupa garis-garis tipis memanjang dan bewarna kecokelatan yang kemudian menebal dan saling bertemu hingga menyebabkan daun layu dan mengering, sedangkan gejala awal penyakit bercak daun (Curvularia) ialah berupa bintik-bintik cokelat kecil yang kemudian membesar dan saling bertemu hingga menyebabkan daun layu dan mengering.


2.        Perumusan Masalah (Problem Statement)


Penyakit tersebut sangat mudah penularannya melalui spora yang menyebar dan berpindah kepada bibit yang tidak terserang melalui tiupan angin, penyiraman, kontak lansung, manusia dan lain-lain. Selain itu, faktor yang juga menjadi penyebab mudahnya bibitan terserang penyakit adalah;


a.       Kelembaban yang tinggi.


Kelembaban yang tinggi terjadi pada pembibitan kelapa sawit Costarica pada tanah gambut di PT. Guntung Idamannusa, BSP Unit – Riau disebabkan oleh;

                                            i.            Transplanting dari Pre Nursery ke Main Nursery yang terlambat

4
Pada saat bibit berumur ± 12 minggu sejak penanaman kecambah di Pre Nursery jumlah helai daun sudah berjumlah atau lebih dari 4 (empat) helai daun yang mengakibatkan daun saling bersentuhan dan saling menutupi. Hal tersebut menyebabkan kelembaban di Pre Nursery menjadi tinggi dan terjadi pertumbuhan memanjang (Etiolasi). Kelembaban yang tinggi di Pre Nursery menyebabkan pertumbuhan jamur dan mengakibatkan bibit-bibit di Pre Nursery terserang penyakit antraknosa dan bercak daun (curvularia) sedangkan etiolasi mengakibatkan pertumbuhan bibit tidak normal dan rentan terhadap hama dan penyakit.


                                                 ii.            Penyiraman yang berlebih

Jika penulis mengambil pedoman dari air yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman pada kondisi normal di areal mineral /dry land ialah setara dengan curah hujan sebanyak 8 mm, maka untuk di areal gambut /wet land adalah setara dengan curah hujan sebanyak 16 mm /minimal 12 mm… (Lilik Qusairi, Business Unit Head Riau). Maka penyiraman yang dilakukan menggunakan instalasi penyiraman sumisansui sebanyak 2 (dua) kali sehari dengan interval 2 (dua) jam merupakan penyiraman yang berlebih sehingga terjadi kelembaban yang tinggi dan menyebabkan pertumbuhan jamur di Pre Nursery dan Main Nursery, sehingga bibit beresiko terserang penyakit antraknosa

·         Curah hujan 16 mm setara dengan 0,59 liter /polybag

·         Penyiraman interval2 (dua) jam setara dengan 2,5 liter /polybag (selisih 1,9 liter jika kita berpedoman dengan curah hujan 16 mm)

·         Penyiraman interval 30 (tiga puluh) menit setara dengan 0,6 liter /polybag (mewakili jika kita berpedoman dengan curah hujan 16 mm).

b.      Perlukaan yang disebabkan oleh hama maupun pada saat transplanting dari Pre Nursery ke Main Nursery.


Adanya hama belalang yang menyerang daun pada bibit mengakibatkan terjadinya perlukaan yang dapat dengan mudah terinfeksi spora jamur sehingga bibit terserang penyakit antraknosa dan bercak daun (curvularia).

Pemindahan /transplanting bibit ganda /lebih dari satu atau doble tone dari Pre Nursery ke Main Nursery dilakukan dengan cara memotong 50 % helai daun untuk mengurangi penguapan. Hal ini mengakibatkan terjadinya perlukaan yang dapat dengan mudah terinfeksi spora jamur sehingga bibit terserang penyakit antraknosa dan bercak daun (curvularia).

c.       Media penanaman pada polybag.


Media penanaman yang dipakai pada pembibitan kelapa sawit Costarica pada tanah gambut di PT. Guntung Idamannusa, BSP Unit – Riau adalah tanah gambut. Hal ini menyebabkan permukaan media tanah didalam polybag cepat kering sehingga tidak dapat mengikat spora-spora dari jamur pada bibit yang telah terserang pemyakit antraknosa dan bercak daun (curvularia) yang berjatuhan dan dapat dengan mudah berpindah sehingga bibit yang tidak terserang tertular penyakit tersebut… (Lilik Qusairi, Business Unit Head Riau).

d.      Dan defesiensi /kurangnya unsur hara pada tanaman.


Pemupukan yang belum tepat waktu, tepat dosis, tepat cara pengaplikasian dan tepat sasaran /akan kebutuhan pupuknya dapat mengakibatkan terjadinya defesiensi /kekurangan unsur hara pada bibit. Hal ini juga menjadi penyebab rentannya bibit terserang hama dan penyakit tanaman.

3.        Tujuan (Goal Statement)


Memperoleh bahan tanaman yang berkualitas, sehingga diperoleh produktivitas yang tinggi.


4.        Batasan (Line Scope)


Penulis mengambil batasan dalam hal perkembangan dan penularan penyakit antraknose dan bercak daun pada pembibitan kelapa sawit Costarica pada tanah gambut di PT. Guntung Idamannusa, BSP Unit – Riau yang disebabkan oleh innate factor (factor yang terkait dengan genetic tanaman), enforce factor berupa; iklim, cuaca, angin, curah hujan dan induce factor (manusia) maupun perlakuan pada saat pemindahan /transplanting bibit ganda /lebih dari satu atau doble tone dari Pre Nursery ke Main Nursery yang dilakukan dengan cara memotong 50 % helai daun untuk mengurangi penguapan.










ANALISIS


1.      Analisis data




Gbr 11. Grafik lingkaran penyebab Antraknosa & Culvularia



Pada gambar grafik lingkaran tersebut diatas terlihat bahwa, Antraknosa dan Bercak daun (Curvularia) dapat disebabkan oleh;

·         Defesiensi

·         Pencegahan yang terlambat

·         Media penanaman

·         Gulma

·         Kebun tetangga

·         Bawaan genetik

·         Perlukaan dan

·         Kondisi lingkungan yang lembab.

Gbr 12. Grafik lingkaran penyebab terjadinya kelembaban


Pada gambar grafik lingkaran tersebut diatas terlihat bahwa, Kelembaban yang terjadi dapat disebabkan oleh;

·         Pemindahan /transplanting dari Pre Nursery ke Main Nursery yang terlambat,

·         Melakukan penyiraman yang berlebih atau tidak menyesuaikan dengan kondisi keadaan cuaca dan musim yang ada,

·         Terdapatnya saluran – saluran drainase yang masih kurang baik atau tersumbat,

·         Kurang tanggap dalam mengontrol dan menyesuaikan dalam hal kelembaban lingkungan yang ada.

Gbr 13. Grafik lingkaran penyebab terjadinya Defesiensi


Pada gambar grafik lingkaran tersebut diatas terlihat bahwa, Defesiensi yang terjadi dikarenakan oleh;

·         Waktu aplikasi yang tidak tepat dikarenakan adanya keterlambatan material pupuk,

·         Tidak terpenuhinya kebutuhan bibit akan pupuk (makro /mikro) akibat dari kurang lengkapnya pupuk yang tersedia,

·         Kontrol yang masih kurang.

Gbr 14. Grafik lingkaran penyebab terjadinya pencegahan yang lambat
 


Pada gambar grafik lingkaran tersebut diatas terlihat bahwa, terlambatnya pencegahan yang terjadi dikarenakan oleh;


·         Masih kurangnya material (fungisida, insektisida serta agristik) yang dibutuhkan untuk melakukan desinfektan atau pencegahan secara preventif,


·         Kontrol yang masih kurang.


Gbr 15. Grafik lingkaran penyebab mudahnya penularan penyakit ke bibit yang sehat


Pada gambar grafik lingkaran tersebut diatas terlihat bahwa, mudahnya terjadi penularan penyakit kebibit yang sehat atau belum terserang disebabkan oleh;


·         Metoda pengangkutan bibit saat transplanting dari Pre Nursery ke Main Nursery. Dimana, bibit yang akan dipindah /transplanting akan selalu melewati bibit yang telah di pindah /transplanting sebelumnya,


·         Masih kurangnya penyeleksiaan & culling /reject yang dilakukan pada saat bibit berada di Pre Nursery,


·         Terlambatnya dalam hal melakukan evakuasi /pemindahan bibit – bibit yang sakit ke blok isolasi /berengan,


·         Terhentinya pencegahan secara preventif apabila ketersediaan material (fungisida, insektisida dan agristik) tidak terpenuhi,


·         Kontrol yang masih kurang.


Gbr 16. Grafik lingkaran penyebab terhentinya tindakan preventif dan curatif



            Pada gambar grafik lingkaran tersebut diatas terlihat bahwa, kurangnya tindakan pencegahan /preventif dan pengobatan /curatif disebabkan oleh; Ketersediaan material dan fungsi control yang masih kurang.

2.      Alternatif solusi


Dalam hal penyelesaian masalah yang dihadapi, penulis mencoba mengambil langkah-langkah pencegahan dan pengobatan penyakit sebagai berikut.


·         Pencegahan;


Untuk mencegah bertambahnya bibit yang terserang penyakit di Pre Nursery dan Main Nursery penulis mencoba mengambil langkah berikut ini;


a.       Melakukan desinfektan dengan menggunakan fungisida, insektisida, + agristik konsentrasi 0,1-0,15 % (Pre Nursery) dan 0,2 % (Main Nursery) pada saat bibit berumur 4 (empat) minggu di Pre Nursery dan saat transplanting /pemindahan ke Main Nursery dengan rotasi 1 (satu) kali seminggu, fungisida yang digunakan ialah; Dithane, Benlox dan Daconil diaplikasikan secara bergantian setiap minggunya, sementara untuk insectisida digunakan Dursban dan Decis.


b.      Melakukan seleksi bibit di Pre Nursery pada saat bibit berumur 10 minggu dan 12 minggu


c.       Melakukan pemindahan bibit yang sakit dari Main Nursery ke blok isolasi /berengan untuk dilakukan pengobatan


d.      Melakukan transplanting /pemindahan bibit dari Pre Nursery ke Main Nursery pada saat bibit berumur ≤ 3 bulan,


e.       Menambah banyaknya dan mengurangi interval aplikasi penyiraman dari 2 (dua) kali sehari dengan interval 2 (dua) jam menjadi 3 (tiga) kali sehari dengan interval 30 (tiga puluh) menit di Pre Nursery dan Main Nursery,


f.       Memberi media tambahan pada polybag yang dapat mengikat spora-spora pada jamur, media tambahan yang digunakan adalah tanah liat /lempung,


g.      Disiplin waktu, dosis, cara pengaplikasian dan sasaran /kebutuhan pupuk sesuai dengan rekomendasi.


·         Pengobatan;


Untuk pengobatan bibit yang telah terserang penyakit antraknosa dan bercak daun (curvularia) di Blok isolasi /berengan, Pre Nursery dan Main Nursery penulis mencoba mengambil langkah berikut ini;


a.       Melakukan pemotongan helaian daun yang terserang penyakit antraknosa dan bercak daun (curvularia) di blok isolasi /berengan kemudian potongan daun tersebut dibakar dan ditimbun,


b.      Melakukan desinfektan di blok isolasi /berengan dengan menggunakan fungisida, insektisida, + agristik konsentrasi 0,2 % dengan rotasi 2 (dua) kali seminggu, fungisida yang digunakan ialah; Dithane, Benlox dan Daconil diaplikasikan secara bergantian setiap minggunya, sementara untuk insectisida dan basilisida digunakan Dursban dan Decis.


c.       Untuk bibit sakit yang masih berada di Main Nursery (sporadis /belum dipindah ke blok isolasi /berengan) maupun di Pre Nursery (yang sudah diseleksi maupun yang belum diseleksi) juga dilakukan pemotongan helain daun dan lansung disemprot dengan larutan fungisida, insektisida, + agristik konsentrasi 0,2 % menggunakan hand sprayer, kemudian potongan daun tersebut dibakar dan ditimbun.
















SOLUSI


1.      Desing Solusi


a.       Ketersediaan material (Pupuk, Pestisida dan Perekat)


Mengupayakan agar ketersediaan material berupa pupuk, pestisida, berekat dan bahan material penunjang lainnya selalu tersedia dan tepat waktu.

b.      Terapkan


Menerapkan hal – hal yang standar dan sesuai dengan yang telah direkomendasikan bagi pembibitan kelapa sawit Costarica pada tanah gambut (wet land).

c.       Lakukan


Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan yang telah direkomendasikan bagi pembibitan kelapa sawit Costarica pada tanah gambut (wet land).

d.      Awasi


Mengawasi setiap pekerjaan yang dilakukan agar berjalan sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan berdasarkan rekomendasikan bagi pembibitan kelapa sawit Costarica pada tanah gambut (wet land).

e.       Kontrol


Mengoptimalkan fungsi kontrol agar setiap pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan rekomendasi bagi pembibitan kelapa sawit Costarica pada tanah gambut dapat terawasi dengan baik.

2.      Cost benefit


Gbr 17. Diagram batang Pemakaian BBM dengan Banyak dan Interval penyiraman


            Pada gambar diagram batang tersebut diatas terlihat bahwa, pemakaian BBM untuk pemakaian mesin WP (water pump) instalasi penyiraman Sumisansui rendah pada penyiraman 2 (dua) kali sehari dengan interval 30 menit per penyiraman, namun hal ini hanya dilakukan pada bulan – bulan dimana sering turun hujan. Sedangkan pada kondisi normal maka penyiraman yang dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali sehari dengan interval 30 menit.

Gbr 18. Diagram batang Upah dalam pengaplikasiaan pupuk dan perlakuan pada pupuk


            Pada gambar diagram batang tersebut diatas terlihat bahwa, biaya yang dikeluarkan untuk pengaplikasian pupuk ialah dengan cara “Tuang”, namun demikian tidak semua jenis pupuk dapat diaplikasikan dengan cara “Tuang”. Sementara akan terjadi penambahan biaya yang signifikan apabila dilakukan pengubahan fisik pupuk untuk tujuan tertentu (mempercepat penyerapan dan mempermudah pengaplikasian), seperti pada batang pupuk tabur tersebut diatas yang biasanya dilakukan dengan cara di “Tugal”, namun diupayakan dilakukan penggilingan dengan tujuan agar pupuk dapat lebih cepat diserap oleh akar tanaman dan dapat diaplikasikan dengan cara di “Tabur”.

Gbr 19. Diagram batang pemakaian material dan upah per bibit berdasarkan lamanya di PN


Pada gambar diagram batang tersebut diatas terlihat bahwa, pemakaian material dan upah per bibit akan terus bertambah seiring semakin lamanya bibit berada di Pre Nursery. Sementara bibit pada Pre Nursery sudah dapat dipindah /transplanting ke Main Nursery pada saat bibit berumur 3 (tiga) bulan /± 12 minggu.













KESIMPULAN DAN SARAN



1.      Kesimpulan

Desinfectan secara berkala dan berkesinambungan perlu terus dilakukan selama bibit masih berada di pembibitan sebagai pencegahan hama dan penyakit serta pemupukan yang standar memenuhi unsur mikro dan makro untuk bibit Costarica dengan media tanah gambut agar pertumbuhan bibit normal dan tidak rentan terhadap hama dan penyakit, Untuk itu diperlukan Ketersedian material disertai fungsi kontrol yang maksimal.

2.      Saran
Karena pembibitan pada pembibitan kelapa sawit Costarica pada tanah gambut di PT. Guntung Idamannusa, BSP Unit – Riau merupakan yang pertama kalinya dilakukan dan kedepannya akan menjadi acuan untuk produksi kelapa sawit Costarica diareal tanah gambut (wet land), maka diharapkan bilamana sudah ditanam dilapangan agar dilakukan perawatan dan pemupukan yang sesuai dengan standar rekomendasi perawatan dan pemupukan kelapa sawit untuk tanah gambut (wet land).